Man United Hadapi Mantan yang Terluka, Ruben Amorim

SIMASBOLA – Pelatih Man United, Ruben Amorim, menolak untuk melihat papan klasemen saat menghadapi Leicester City demi menjaga level performa tim.

Suksesor Erik ten Hag itu akan memimpin skuad Man United bertandang ke markas Leicester City di pekan ke-29 Liga Inggris.

Minggu (16/3/2025) waktu setempat atau Senin dini hari WIB, Bruno Fernandes akan mendatangi Si Rubah yang sedang terluka.

Di bawah komando legenda Man United yang juga mantan pelatih interim sebelum Ruben Amorim tiba, Ruud van Nistelrooy, Leicester di landa krisis parah.

Mereka selalu kalah dalam enam laga terakhir di semua ajang.

Salah satunya terjadi ketika di tendang United pada ajang Piala FA, Februari lalu (1-2).

Sebaliknya, semangat Manchester Merah lagi tinggi-tingginya.
Mereka menggilas tim alot Spanyol, Real Sociedad, guna memastikan tiket perempat final Liga Europa.

United melibas Sociedad 4-1 di leg kedua babak 16 besar guna menyusul skor imbang 1-1 pada duel pertama di Spanyol.
Sepasang bentrokan tersebut mengapit hasil remis 1-1 ketika menjamu Arsenal di Old Trafford.

Meski demikian, Amorim tak mau anak asuhnya terbuai situasi.

Ia meminta pasukannya melanjutkan tren positif sembari tetap membumi.
Menghadapi Leicester, yang menduduki peringkat dua terbawah klasemen, United harus memandang mereka sebagai rival kuat.

Man United Hadapi Mantan yang Terluka, Ruben Amorim Ogah Lihat Klasemen

Apalagi nasib Setan Merah di liga domestik tak jauh terpuruk karena masih berupaya menjauhi papan bawah.
Saat ini mereka menempati peringkat ke-15 dengan perbedaan 17 poin dari Leicester City.

Amorim melihat tanda-tanda pasukannya semakin kohesif dan menunjukkan gejala positif untuk bangkit.
“Semuanya penting dan kami harus melanjutkan perasaan bahwa kami bisa memenangkan pertandingan demi pertandingan,” ujar Amorim, di kutip SIMASBOLA dari Independent.

“Tidak masalah mepetnya waktu istirahat atau waktu untuk mempersiapkan pertandingan berikutnya.”
“Yang paling penting adalah melanjutkan perasaan menang ini dan bahwa kami terus berkembang sebagai satu tim.”

“Saya merasa di pertandingan terakhir kami lebih memahami apa yang ingin kami lakukan.”

“Kami lebih memahami rencana permainan. Kami memberikan lebih banyak waktu kepada tim untuk meraih kemenangan atau seri dalam pertandingan.”