22 Desember 2024
Legenda bulu tangkis Christian Hadinata menyoroti kekalahan Indonesia pada Sudirman Cup 2023 akibat salah strategi.

Legenda bulu tangkis Christian Hadinata menyoroti kekalahan Indonesia pada Sudirman Cup 2023 akibat salah strategi.

Legenda bulu tangkis Christian Hadinata menyoroti kekalahan Indonesia pada Sudirman Cup 2023 akibat salah strategi.

Lagi dan lagi, Indonesia harus gagal membawa pulang Piala Sudirman sejak terakhir kali memenanginya pada 1989 silam.

Skuad Merah Putih telah tersingkir dari gelaran Sudirman Cup 2023 yang di gelar di Suzhou, China, pada babak perempat final.

Di fase delapan besar itu, Indonesia gagal menghadang kekuatan wakil tuan rumah, China dengan kekalahan telak 0-3.

Namun, sebelum sampai di fase itu, kekalahan Indonesia di babak penyisihan grup sebenarnya sudah menyedot perhatian.

Ya, Fajar Alfian dkk harus rela menelan kekalahan dari Thailand dengan skor akhir 2-3.

Walau terdengar seperti kekalahan tipis, faktanya tim bulu tangkis Indonesia saat itu sudah kalah 0-3 lebih dulu dari skuad Negeri Gajah Putih.

Legenda bulu tangkis Christian Hadinata

Tiga partai pertama, ganda campuran tunggal putra dan tunggal putri, semuanya hilang dari genggaman.

Barulah pada partai keempat dan kelima yang memainkan ganda putra dan ganda putri, Indonesia mampu mencuri angka, menyusul babak penyisihan grup masih memainkan lima partai alias best of five matches.

Sudirman Cup 2023 – Berkali-kali Kena Tikung, PBSI Akan Segera Perbaiki Aspek Mental Pemain

Kalah dari Thailand membuat Indonesia otomatis harus rela melangkah ke perempat final sebagai runner-up grup.

Sedangkan Thailand sebagai juara grup.

Di sinilah letak kesalahan strategi Indonesia, menurut legenda bulu tangkis Tanah Air, Christian Hadinata.

Dua kali juara dunia dan peraih empat medali Asian Games itu menilai susunan pemain yang di turunkan Indonesia saat hendak menghadapi Thailand ada yang kurang tepat.

Di tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting di istirahatan dan terpilihlah Jonatan Christie.

Namun, ini di perkirakan karena head-to-head Jonatan lebih bagus saat menghadapi Kunlavut Vitidsarn, daripada Ginting.

Tetapi di tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung juga di simpan.

Sementara Putri Kusuma Wardani yang di turunkan untuk melawan Pornpawee Chochuwong.

Putri KW memang belum bermain sejak awal turnamen, bahan ketika melawan Jerman pun tidak di turunkan dan Indonesia lebih pilih menurunkan Gregoria.

“Waktu lawan Thailand itu, susunan pemainnya agak beda ya,” kata Christian Hadinata

“Menurut saya, harusnya yang terbaik jadi pilihan. Karena itu penentuan untuk juara grup atau runner-up,” imbuh peraih emas tiga gealr World Cup itu.

Pria yang juga mengabdi di PB Djarum itu menyoroti bahwa kalau saja Indonesia bisa mencuri satu partai di tiga partai pertama, kesempatan juara grup akan lebih besar.

“Di sini ita yang kecolongan, langsung kalah 0-3,” ungkap Hadinata.

“Kalau seumpama kita menang satu (partai) saja, banyak kemungkinan jadi juara grup, karena ganda putra dan putri kita cukup kuat di atas mereka,” ucap pria 72 tahun itu.

Tak cuma salah strategi, Christian Hadinata juga menyoroti bagaimana aspek mental para wakil Merah Putih masih harus di tempa lagi.

Pasalnya, sejumlah wakil Indonesia menderita kekalahan setelah sama-sama unggul cukup jauh.

“Sebetulnya dengan kualitas dan jam terbang para pemain, seharusnya mental tidak menjadi masalah,” tutur Christian Hadinata.

“Mereka sudah sering bertemu di turnamen-turnamen individu. Hal seperti itu seharusnya tidak menjadi masalah,” jelasnya lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *