Heboh Beredar Beras Plastik Picu Keracunan
Heboh Beredar Beras Plastik Picu Keracunan Dalam beberapa hari terakhir, fenomena beras sintetis di duga terbuat dari plastik telah memunculkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran di masyarakat Indonesia.
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menanggapi soal kabar adanya
dugaan beras berbahan plastik atau beras sintetis yang di konsumsi masyarakat di Sumatera Barat.
Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto mengatakan di perlukan pengujian investigasi melalui uji laboratorium.
Bahkan dari adanya dugaan beras sintetis itu di ketahui ada salah seorang warga yang mengakui sakit usai mengonsumsi.
“Ini harus di lihat apakah ada bahan lain yang di konsumsi selain beras, dan apakah semua yang mengonsumsi juga mengalami gejala yang sama.
Jadi kasus ini tidak bisa di generalisir, karena jika memang penyebabnya dari beras yang di duga sintetis tersebut
tentunya ini akan lebih banyak orang yang terkena dampaknya, sehingga kita fokus ke kasus keracunan tersebut,” ujarnya.
Dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih jelas, Okezone telah mengumpulkan fakta dari berbagai penjelasan dan respons dari pihak terkait, Minggu (15/10/2023):
Plt Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adi, menekankan pentingnya menjaga stabilitas pasokan dan harga beras melalui Gerakan Pangan Murah (GPM), bantuan pangan beras, dan operasi pasar Bulog.
Dalam konteks isu beras sintetis, Arief juga menegaskan bahwa upaya untuk menjaga ketenangan masyarakat sangat penting.
Ia menggarisbawahi bahwa dalam situasi seperti ini, pemerintah perlu merespons berita hoax dengan serius.
“Sekarang kalau ada beras sintetis, satgas pangan harus melakukan investigasi dan jika memang terbukti bersalah, perlu di proses secara hukum, sehingga masyarakat tenang dan mendapat kejelasan mengenai masalah ini,” ujar Arief.
Andriko Noto Susanto dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) menjelaskan bahwa pihaknya sangat mengutamakan keamanan pangan.
Terkait isu beras sintetis, Ia menyoroti perlunya pengujian laboratorium untuk memastikan apakah beras yang di duga mengandung plastik benar-benar membahayakan kesehatan masyarakat.
Andriko juga memberikan wawasan mengenai pengawasan keamanan pangan yang di lakukan oleh NFA.
Menurutnya, proses penjaminan keamanan pangan di lakukan melalui registrasi izin edar dan sertifikasi penerapan penanganan yang baik.
Kasus beras plastik yang di temukan di Bekasi, seperti yang di laporkan oleh Dewi Septiani,
seorang ibu rumah tangga, saat ini masih menunggu tanggapan resmi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Meskipun Dewi telah melaporkan penemuannya kepada BPOM, hingga saat ini belum ada respons resmi yang di terima terkait isu ini.
Direktur Studi Pertanian dari Universitas Padjadjaran, Ronnie Natwidjaya menawarkan, alternatif menarik untuk menghadapi isu beras sintetis.
Ia berbicara tentang produksi beras dari umbi-umbian sebagai opsi pengganti beras asli dengan harga yang lebih terjangkau.
Sebab, dengan alternatif ini masyarakat miskin dapat memperoleh beras yang lebih terjangkau, dan juga tetap menjaga harga beras asli untuk mendukung kesejahteraan petani.
Keseluruhan, isu beras sintetis yang menjadi perhatian publik perlu mengundang respons yang bijak dari semua pihak.
Keamanan pangan adalah hak mendasar masyarakat, dan kolaborasi antara pemerintah, badan pengawas,
dan lembaga terkait di perlukan untuk memastikan bahwa makanan yang kita konsumsi adalah aman dan berkualitas.
BACA JUGA : VONIS LEPAS SRI FALMEN SIREGAR DI BATALKAN MA KEJARI MEDAN HARUS EKSEKUSI
BACA JUGA : Suami Istri Diarak Warga Usai Kompak Aniaya Mertua